Kamis, September 15, 2016

Pelajaran Berharga dari Elektron

Sebagian besar dari kita pasti pernah berpikir untuk apa belajar sains. Mempelajari ilmu pasti yang rumit, banyak rumus, perhitungan dan pemahaman, dibutuhkan konsentrasi yang tinggi, dan dituntut menguasai konsep. Tapi selalu saja berujung dengan kalimat yang sama: tidak dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk apa belajar Fisika: menghitung kecepatan kelapa jatuh? Lebih baik belajar ekonomi: menghitung banyaknya untung yang didapat dari hasil penjualan kelapa sekian dan sekian. Untuk apa belajar Biologi: mengamati perkembangbiakan sel dengan teori dan praktikum yang rumit? Padahal tanpa dipelajari pun mereka akan bekerja dengan sendirinya karena semuanya sudah ada yang mengatur. Lalu bagaimana dengan belajar Kimia yang selalu dikambinghitamkan dengan pembuatan bom oleh orang-prang awam? Bagaimana pula dengan belajar Astronomi yang mencoba mengungkap misteri, sejarah, dan masa depan alam semesta? Banyak orang mencibir akan hal ini? “Alam semesta itu ya urusan Tuhan. Kita nggak mungkin bisa menandingi ciptaannya.” Hello. . . memangnya para Astronom ingin menciptakan alam semesta yang lebih canggih dari yang Tuhan ciptakan? Mereka kan hanya ingin mempelajari lebih mendalam kebesaran Tuhan. Penemuan mereka juga banyak bermanfaat untuk kemajuan peradaban manusia yang memang lebih maju dibanding makhluk lainnya. Toh banyak juga dari mereka yang mendapat anugerah berharga dalam hisupnya lalu menjadi orang yang jauh lebih baik setelah mengetahui betapa hebatnya Tuhan kita.

Tanpa kita sadari, tanpa kita pernah renungi, tanpa kita sangka, dan tanpa kita duga, ada banyak pelajaran hidup yang sangat bermakna dan justru bisa mengungkap kebesaran dan rahasia Tuhan. Kita misalkan yang sederhana saja, pelajaran dari struktur terkecil pembentuk molekul, molekul pembentuk sel, sel pembentuk jaringan, dan seterusnya sampai membantuk suatu organisme. Ya. Bagian terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. 

Kita yang pernah belajar kimia tentu tahu bagian apa yang saya maksud. Molekul terdiri dari atom unsur-unsur. Bayangkan! Di dalam atom yang para ilmuwan pun belum pernah melihatnya  secara langsung bahkan dengan mikroskop tercanggih sekalipun, ia masih memiliki komponen penyusunnya: neutron, proton, dan elektron. Diantara ketiga komponen tadi ada sebuah komponen yang sangat-sangat ringan bahkan dianggap tak memiliki massa. Dialah elektron. Meski jumlah elektron dalam suatu atom sama dengan jumlah protonnya, tapi tetap saja ia tak diikutsertakan dalam menentukan massa atom.

Nah, siapa sangka. Elektron yang tak diikutsertakan sebagai penyumbang massa atom tersebut justru dari perilakunya bisa mengajarkan pelajaran hidup yang membuktikan bahwa Tuhan kita tak sesederhana dalam mencipta dan mengatur alam semesta ini. Semuanya terdapat keserasian meski tersirat. Sebagian besar dari kita yang pernah belajar kimia juga belum tentu bisa mendapatkan hal itu. Bisa dibuktikan, sedikit sekali guru yang menghubungkan perilaku elektron dengan perilaku manusia dan segala ketetapan Tuhan sehingga bagaimana pelajaan hidup itu akan kita dapat jika kita hanya mahir dalam Kimianya saja? 

Jika kita selami lebih dalam, elektron mengelilingi inti atom dengan membentuk lintasan energi atau biasa disebut kulit atom. Kulit atom sendiri terbentuk karena adanya konfigurasi elektron dimana dari konfigurasi elektron kita bisa mendapatkkan elektron terluar atau elektron valensi. Kita ambil contoh sederhana saja pada senyawa air. Air sebagai sumber kehidupan manusia tersusun dari atom Oksigen (O) dan atom Hidrogen (H). Atom O memiliki nomor atom 8 dan atom H memiliki nomor atom 1. Sehingga konfigurasi atomnya kita tulis demikian :

O = 1s2 2s2 sp4
dan 
H = 1s1
         
maka akan didapat bahwa :
·           elektron terluar atom O = 6 sedangkan elektron bebasnya (elektron yang siap berikatan) = 2,
·           elektron terluar atom H = 1, sedangkan elektron bebasnya  juga = 1.

Jika kedua atom terlibat reaksi, maka 1 elektron bebas atom H akan bergabung dengan 1 elektron bebas atom O. Karena elektron bebas atom O ada 2, maka dibutuhkan 2 atom H agar kedua elektron bebas atom O dapat berikatan sehingga elektron terluar atom O menjadi 8 sesuai aturan oktet. Jika masing-masing elektron bebas atom O sudah berikatan degan elektron bebas atom H, maka akan terbentuk molekul H2O dengan atom O sebagai pusatnya.

Karena atom O memiliki 2 pasang elektron ikatan (elektron non bonding), maka kedua pasang elektron tersebut akan memberi tekanan terhadap elektron yang berikatan. Tetapi elektron yang berikatan juga memberi tekanan ke arah elektron non bonding sehingga terbentuklah sudut diantara elektron atom O. Sudut antara kedua elektron bonding sebesar 104,5̊. Dari penjelasan di atas kita dapatkan bahwa bentuk molekul air (H2O) adalah menyudut sehingga memiliki momen dipol. Semua bentuk molekul yang memiliki momen dipol termasuk ke dalam senyawa polar. Oleh karena itu, air merupakan senyawa polar sehingga dapat melarutkan senyawa-senyawa yang sifatnya polar.

Namun bukan itu yang akan saya tekankan. Jika hanya menyangkut senyawa polar dan nonpolar, rasanya kita sudah paham konsepnya, namun sampai sini kita tidak menemukan pelajaran hidup. Nah, karena diatas saya menyinggung kelebihan elektron, maka mari kita kaitkan perilaku elektron terluar atom O untuk mendapatkan apa inti yang ingin saya sampaikan.

Ketika kita menilik ke atas, elektron dari atom O yang sudah berpasangan tidak mengalami perubahan atau pergeseran dan tidak mengikat elektron lain atau melepas elektron pasangannya selama menjalani reaksi. Sekarang kita ibaratkan elektron adalah manusia. Jika manusia yang sudah berpasangan tidak bertingkah menyeleweng, tidak berpindah ke lain hati, atau mengabaikan pasangannya, tentu  hubungan diantara keduanya akan langgeng sampai akhir seperti sepasang elektron. Sedangkan elektron bebas dari atom O berusaha memperoleh kestabilan dengan mengikat satu elektron dari atom H sehingga kini elektron valensi atom O berikatan dengan elektron valensi atom H dengan ikatan hidrogen.

Mari analogikan kembali perilaku eletron bebas tadi dengan pria/wanita lajang. Umumnya orang yang belum berpasangan akan berusaha mencari pasangan dari lawan jenis, seperti halnya atom O dan atom H. Atom O cenderung bermuatan negatif sedangkan atom H cenderung bermuatan positif. Sebagaimana yang kita tahu bahwa kutub positif dan kutub negatif akan saling tarik menarik sedangkan kutub yang sesama jenis akan tolak menolak. Itulah mengapa terjadi saling dorong antar sesama elektron valensi atom O dan tarik menarik antara elektron atom O dengan elektron atom H.

Seperti kasus gender yang sedang marak diperbincangkan saat ini, tentu kita sudah akrab dengan istilah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Adalah sebuah kelainan besar bahkan penyakit ketika manusia cenderung tertarik kepada sesama jenis. Sama saja menyalahi aturan Tuhan. Harusnya kita berkaca dari perilaku elektron. Manusia yang diberi akal, tapi mengapa elektron yang membenarkan aturan Tuhan? Sayangnya dengan akal dimiliki “makhluk Tuhan paling sempurna”, manusia sedikit lebih sombong dari makhluk lainnya seolah tak ada cela hingga mengingkari kodratnya. Sama saja merendahkan martabatnya.

Nah, sobat! Setelah membaca penjelasan di atas, mari kita ambil pelajaran berharga dari perilaku elektron. Agar tak perlu berpikir ulang, maka poin-poin yang perlu kita tiru diantaranya :

1.      Jangan biarkan lajang menggerogoti umur kita. Jika sudah sampai waktunya untuk membangun sebuah keluarga, berusahalah mencari pasangan yang sesuai, bukan pasrah dengan keadaan.
2.      Tuhan menciptakan manusia hanya ada 2 jenis, laki-laki atau perempuan, bukan 3 atau lebih. Karena setiap perempuan pasangannya laki-laki dan setiap laki-laki pasangannya perempuan.
3.      Menuruti  keinginan untuk cenderung tertarik kepada sesama jenis sama saja menyalahi aturan Tuhan (kembali ke poin nomor 2).
4.      Jangan pernah menyepelekan dan menyudutkan sebuah ilmu, karena pada hakikatnya semua kebesaran Tuhan disajikan lewat ilmuNya.
5.      Jika ada pelajaran berharga lain yang Saudara dapatkan, silahkan cantumkan di kolom komentar demi memperbaiki kualitas artikel.