Resensi
Oleh Rohimatus
Salamah
Jancukers : Sebuah
Kehangatan Hidup Bernegara
Judul : Republik #Jancukers
Penulis : Sujiwo Tejo
Penerbit :
PT Kompas Media Nusantara
Jumlah halaman : xiv + 400
Apa yang muncul
di benak Anda apabila mendengar kata 'jancuk'? Oleh sebagian besar orang,
jancuk dinilai sebagai kata yang bersifat kasar, kotor, bahkan tak senonoh. Saking
kuatnya konotasi negatif itu, orang cenderung lebih suka menghakimi penggunanya
ketimbang mencari tahu asal-usulnya.
Di daerah
asalnya, Surabaya, jancuk tak sedemikian. Orang lazim menggunakannya sebagai
sapaan akrab yang mewakili kehangatan berkomunikasi. Bahkan dalam tingkatan
yang lebih tinggi, jancuk dapat mewakili ungkapan syukur.
Bila jancuk dapat
membangun kehangatan berkomunikasi masyarakat Surabaya, tentu menjadi hal
menarik untuk ranah yang lebih luas: kehidupan bernegara. Namun, tak semua
orang sanggup menerima begitu saja kepopuleran kata yang terlanjur berkonotasi
negatif itu.
Jancuk baru dapat
diterima setelah mendapat imbuhan 'ers' menjadi kata 'jancukers', sebuah
kosakata yang menghubungkan fans Sujiwo Tejo di jagad maya. Alhasil, orang-orang yang termasuk di dalamnya
dapat berdiskusi dengan hangat meski
saling silang pendapat.
Meski hanya
sebuah negeri khayalan, nyatanya negeri jancukers yang dipopulerkan oleh seniman
nyentrik ini merupakan sindiran halus bagi kekacauan-kekacauan di Indonesia,
terutama yang disebabkan para pemegang kekuasaan. Buku Republik #Jancukers secara
tidak langsung mengajak pembaca untuk berpikir kritis namun santai. Berpikir
mencari solusi untuk mengatasi kejahatan tanpa membenci kejahatan itu sendiri.
Selain mengkritisi
pemain politik, penulis mencoba mengajak diskusi pola pikir masyarakat melalui
tulisan-tulisan ringan nan jenaka. Di sini terlihat jelas rasa greget penulis terhadap
masyarakat yang cenderung menilai sesuatu secara tekstual. Memang benar. Kenyataannya,
makna kontekstual yang merupakan esensi dari sebuah permasalahan seringkali
dilupakan.
Jika Anda diberi
pilihan, lebih baik orang yang bicaranya sekenanya tapi hati dan perilakunya
bersih atau koruptor yang bicaranya santun tapi diam-diam menyakiti hati rakyat?
Di sinilah jancuk menjadi sapaan hangat untuk mengajak pembaca turut menilai
sesuatu tidak dari kulit luar semata, namun lebih kepada mendalami isinya.
Disampaikan dengan
kekhasan bahasa penulis, buku ini memang terlihat bercanda, kadang terkesan jorok, dan tak masuk akal. Karena
itu, dibutuhkan hati dan pikiran terbuka untuk menerima kebenaran dari sesuatu
yang disampaikan secara ngawur.