MAKALAH
DAMPAK
KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
TERHADAP
EKONOMI INDONESIA
OLEH
ROHIMATUS
SALAMAH
1514051089

JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai dampak
kebijakan fiskal dan moneter terhadap ekonomi Indonesia. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas terstruktur 3 pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi
semester genap.
Makalah ini merupakan
hasil resume dari jurnal mengenai
analisis kebijakan fiskal dan dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap
perekonomian. Makalah ini membahas tentang kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
dan dampak yang ditimbulkannhya berupa inflasi. Makalah ini juga membahas
dampak yang ditimbulkan kebijakan tersebut, serta keterkaitan antara inflasi
dengan pengangguran.
Penyusun menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang
budiman sangat diharapkan agar kedepannya penyusun dapat memperbaiki kekurangan
yang terjadi sebelumnya serta lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Bandar
Lampung, 22 Mei 2016
penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.............................................................................................1
B.
Rumusan
masalah.........................................................................................2
C.
Tujuan..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA..............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Inflasi......................6
B.
Keseimbangan
Pasar barang, Pasar Uang dan
Neraca Pembayaran (IS-LM BOP)...............................................................7
C.
Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter
dalam Perekonomian Indonesia...8
D. Pengaruh
Inflasi Terhadap Pengangguran..................................................10
BAB
IV
KESIMPULAN........................................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing –
masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua
variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment
expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP,
inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor
– sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor
pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Keempat sektor ini
memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan
pengeluaran.
Kebijakan fiskal dan moneter
yang telah ditetapkan dalam suatu negara juga berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan perekonomian negara tersebut. Hal yang paling mendasar dalam
permasalahan ekonomi makro yaitu inflasi dan pengangguran. Kedua masalah itu
saling berkaitan satu sama lain, dimana apabila jumlah pengangguran meningkat,
maka inflasi tidak dapat dihindarkan lagi.
Krisis global saat ini jauh
lebih parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi.
Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam. Akibatnya,
gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua
bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat
bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan
kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada
kebijakan fiskal.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ysng sksn
dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan inflasi?
2.
Bagaimana
seharusnya keseimbangan pasar barang, pasar uang dan neraca pembayaran?
3.
Apa saja dampak kebijakan fiskal dan
moneter dalam perekonomian indonesia?
4.
Mengapa inflasi berpengaruh terhadap
pengangguran?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan makalah diatas, makalah ini bertujuan :
1.
Mahasiswa dapat menmahami kebijakan
fiskal, kebijakan moneter, dan inflasi.
2.
Mahasiswa dapat memahami keseimbangan
pasar barang, pasar uang, dan neraca pembayaran.
3.
Mahasiswa dapat mebganalisis dampak yang
ditimbulkan penerapan kebijakan fiskal dan
moneter.
4.
Mahasiswa dapat menjelaskan kaitan
antara inflasi dan pengangguran.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk
mengendalikan keseimbangan makroekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk
mempengaruhi sisi permintaan agregat suatu perekonomian dalam jangka pendek.
Selain itu, kebijakan ini dapat pula mempengaruhi sisi penawaran yang sifatnya
lebih berjangka panjang, melalui peningkatan kapasitas perekonomian. Dalam
pengelolaan stabilitas makroekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi dengan
kebijakan moneter.
Menurut Kuncoro
(1995), peranan kebijakan fiskal adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi,
pemerataan pendapatan, dan mengalokasikan sumber daya manusia khususnya untuk
fungsi stabilitas dan pemerataan akan lebih efektif apabila dilakukan oleh
pemerintah pusat. Fungsi alokasi akan lebih efektif jika dilakukan oleh pemerintah daerah.
Sedangkan kebijakan
moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro.
Kebijakan ini ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran ekonomi
makro yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan dan keseimbangan neraca pembayaran. Dengan kata lain, melalui
kebijakan moneter diharapkan dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah serta perkembangan keseimbangan
neraca pembayaran yang mantap.
Pengaruh kebijakan fiskal yang signifikan terhadap perekonomian
dikemukakan oleh Keynes. Sebelum Keynes,
operasi keuangan pemerintah dipandang tidak memiliki pengaruh yang besar
terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja dan permintaan agregat. Peran
pemerintah pada saat itu hanya sebatas merelokasi sumber daya finansial dari
sektor swasta ke pemerintah. Pandangan ini diantaranya dikemukakan oleh Say Law
bahwa dalam kondisi full employment, setiap tambahan pengeluaran pemerintah
akan menyebabkan penurunan pengeluaran
swasta (crowd out) dalam jumlah yang sama dan pengeluaran tersebut tidak akan
mengubah pendapatan agregat. Pandangan tersebut kemudian diubah oleh Keynes dan
sejak saat itu ekonom mulai menekankan dampak makro atas pengeluaran dan pajak pemerintah.Keynes
menekankan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah tidak hanya memindahkan sumber
daya dari sektor swasta ke pemerintah. Selain itu, Keynes juga mengemukakan
adanya dampak berganda (multiplier effect) dari pengeluaran tersebut.
Dalam studi yang
dilakukan oleh Priadi Asmanto dan Soebagyo (2007) mengenai analisis pengaruh
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal regional terhadap stabilitas harga dan
pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan model regresi data panel. Dapat disimpulkan bahwa kondisi
krisis ekonomi dan kebijakan baru (otonomi daerah) memiliki pengaruh yang
berarti terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi regional di Jawa
Timur. Kemudian selama periode penelitian juga menunjukkan bahwa keseluruhan
variabel kebijakan moneter dan kebijakan fiskal secara bersamasama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi
regional di Jawa Timur.
Seiring dengan
teori dari kelompok Keynesian, pertumbuhan ekonomi atau perluasan
kegiatan ekonomi lebih banyak ditentukan oleh permintaan efektif yang dibentuk
oleh pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor 26
bersih. Khusus pengeluaran pemerintah, upaya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara operasional dilaksanakan melalui kebijakan fiskal di mana pengeluaran pemerintah
ditentukan secara otonom (autonomous expenditure).
Secara
umum, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter memiliki pengaruh yang kuat dalam perekonomian. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Albatel (2003) misalnya, penelitian ini mencoba mengkaji bagaimana
hubungan antara kebijakan pemerintah (kebijakan moneter dan kebijakan fiskal)
dan output di Arab Saudi kurun periode 1964-1998. Metodologi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kointegrasi dan Error Correction Model. Hasil
penelitian memperlihatkan terdapat hubungan yang erat antara kebijakan
pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter), liberalisasi perdagangan, dan pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang dan jangka pendek.
BAB III
PEMBAHASAN
E.
Pengertian
Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Inflasi
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan
belanja negara yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan
fiskal bukan semata‐mata
kebijakan dibidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola
pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian. Jenis
Kebijakan fiskal ada kebijakan fiskal deskresioner (menyangkut kebijakan
anggaran belanja surplus atau defisit)
dan kebijakan fiskal Penstabil Otomatik berupa pajak, asuransi pengangguran dan
kebijakan harga minimum).
Kebijakan fiskal
dalam arti lain yaitu kebijakan memanipulasi pajak dan pengeluarannya dengan
tujuan mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dalam upaya untuk mencapai tingkat
pendapatan atau output kesempatan kerja penuh serta stabilitas harga (inflasi).
Bisa juga disebut sebagai “kebijakan anggaran”.
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk
mengendalikan keseimbangan makroekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk
mempengaruhi sisi permintaan agregat suatu perekonomian dalam jangka pendek.
Selain itu, kebijakan ini dapat pula mempengaruhi sisi penawaran yang sifatnya
lebih berjangka panjang, melalui peningkatan kapasitas perekonomian. Dalam
pengelolaan stabilitas makroekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi dengan
kebijakan moneter.
Sedangkan
kebijakan moneter (Monetary Policy) adalah kebijakan yang dilakukan
pemerintah atau otoritas moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar
(money supply) dan tingkat bunga (interest rates) untuk
mempengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate demand) dan
mengurangi ketidakstabilan di dalam perekonomian. Dalam kebijakan moneter,
pemerintah juga dapat melakukan pengendalian terhadap jumlah uang beredar,
kredit dan sistem perbankan.
Kebijakan fiskal dan moneter yang diterapkan suatu negara dapat berdampak
pada kondisi ekonominegara tersebut, seperti inflasi yang akan dibahas dalam
makalah ini. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam perekonomian. Tingkat
inflasi adalah persentase pertambahan kenaikan harga yang berbeda dari
suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari suatu negara dengan
negara lainnya. Sedangkan inflasi dapat terjadi karena adanya tingkat
pengeluaran agregat yg melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang
dan jasa, pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah, kenaikan
harga barang impor, penambahan penawaran uang yg berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, serta kekacauan politik dan ekonomi.
F. Keseimbangan Pasar barang, Pasar Uang dan Neraca
Pembayaran (IS-LM-BOP)
Keseimbangan di
pasar barang menunjukkan bahwa output sama
dengan permintaan terhadap barang dan jasa, yaitu jumlah dari konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor netto. Ekpansi fiskal, misalnya
dengan menaikkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak akan menggeser
kurva IS ke kanan dan kenaikan tersebut mengakibatkan tingkat bunga akan naik.
Ketika tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga
internasional, maka akan terjadi aliran dana masuk (capital inflow).
Aliran dana ini akan
meningkatkan permintaaan domestik terhadap mata uang dalam negeri di pasar
valuta asing, sehingga meningkatkan nilai tukar mata uang domestik. Apresiasi
kurs ini membuat mata uang domestik relatif lebih mahal terhadap produk asing,
hal ini mengurangi eksport netto. Keseimbangan di pasar uang menunjukkan bahwa
penawaran uang sama dengan permintaan uang. Syarat ekuilibriumnya pasar uang
adalah jumlah permintaan uang sama dengan jumlah penawaran uang.
G. Dampak
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Perekonomian Indonesia
Neraca modal
bergantung pada perbedaan relatif tingkat bunga atas aset domestik dan luar
negeri (i*) dan kurs spot
(nilai tukar saat ini atau e),
kurs forward (kurs periode berikutnya atau ef) serta perkiraan kurs diwaktu yang akan datang (expected spot rate atau ee) . Peningkatan tingkat bunga atas
aset luar negeri (i*), membuat aset luar negeri menjadi lebih menarik, sehingga
terjadi capital outflow dan
membawa neraca modal kearah defisit. Peningkatan dalam tingkat bunga domestik
(i), mempunyi dampak sebaliknya, menyebabkan terjadinya capital inflow sehingga akan membawa neraca modal kearah
surplus. Peningkatan dalam kurs spot yang lebih rendah atas expected return aset luar negeri akan
menyebabkan capital inflow,
sedangkan kenaikan dalam kurs forward menaikkan expected return atas aset luar negeri dan menyebabkan capital outflow.
Dampak kebijakan
fiskal ekspansif terhadap pendapatan, tingkat bunga dan nilai tukar bergantung
pada apakah kebijakan dilakukan secara permanen atau temporer. Kebijakan fiskal
ekspansif kemudian secara substantial dapat meningkatkan pendapatan. Kondisi
tersebut akibat apresasi yang terjadi karena adanya efek Crowding Out dari kebijakan fiskal
ekspansif yang menyebabkan naiknya tingkat bunga. Dengan kondisi aliran modal
tidak sempurna, naiknya tingkat bunga akan mendorong aliran masuk sehingga mata
uang domestik mengalami apresiasi (kurs turun).
Apresiasi
membuat harga barang dan jasa domestik relatif lebih mahal dari pada harga
barang dan jasa luar negeri, menghasilkan pergeseran pengeluaran dari produk
domestik ke produk luar negeri, impor naik sehingga kurva IS kembali bergeser
ke kiri, sehingga pendapatan nasional turun. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal ekspansif akan efektif jika dilakukan secara temporer, dan
kurang efektif untuk meningkatkan pendapatan jika kebijakan dilakukan secara permanen (Yarbrough
& Yarbrough, 2002).
Mobilitas
modal berkontribusi pada efektifitas kebijakan moneter dalam meningkatkan
pendapatan nasional dalam sistem nilai tukar fleksibel. Hal tersebut
dikarenakan efek depresiasi yang dihasilkan dari kebijakan moneter ekspansif
yang berdampak pada harga relatif barang dan jasa domestik dan luar negeri.
Lebih luasnya mobilitas modal, depresiasi lebih besar dari hasil kebijakan
moneter dan menurunkan harga barang domestik secara relatif terhadap harga
barang luar negeri. Hal tersebut dapat diartikan, jika kebijakan moneter
dilakukan lebih permanen, depresiasi semakin lebar dan harga barang dan jasa
secara relatif menjadi semakin murah.
Depresiasi nilai
tukar domestik membuat kebijakan moneter sebagai instrument yang efektif untuk
mencapai kesimbangan internal. Kebijakan moneter dalam sistem nilai tukar
fleksibel dan dengan aliran modal sempurna merupakan kebijakan yang efektif
untuk meningkatkan pendapatan nasional, baik dilakukan secara temporer maupun
permanen. Namun kebijakan yang dilakukan secara permanen lebih efektif dari
pada kebijakan yang dilakukan secara temporer (Yarbrough dan Yarbrough, 2002).
H. Pengaruh
Inflasi Terhadap Pengangguran
Berdasarkan
hasil penelitian inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pengangguran di Indonesia, artinya jika variabel inflasi meningkat
akan berdampak terhadap pengangguran di Indonesia. Apabila inflasi mengalami
peningkatan maka tingkat pengangguran akan mengalami penurunan dan sebaliknya
penurunan inflasi akan meningkatkan tingkat pengangguran. Tinggi rendahnya
tingkat pengangguran menentukan besar kecilnya jumlah uang beredar di
Indonesia. Disamping itu, jumlah uang beredar secara parsial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia artinya jika variabel
jumlah uang beredar ditingkatkan, maka pengangguran di Indonesia akan turun.
Tingginya jumlah
uang beredar akan mempengaruhi tingkat inflasi, karena semakin banyak uang yang
dipegang masyarakat dapat mendorong terjadinya inflasi. Permintaan uang akan
memiliki hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang
akan berdampak pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat
penurunan output dan berpengaruh pad permintaan terhadap tenaga kerja
yang mendorong bertambahnya pengangguran.
Tingkat suku
bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat
harga tinggi (inflasi) akan diantisipasi pemerintah dengan menetapkan suku
bunga yang tinggi. Suku bunga berhubungan negatif dengan inflasi dimana jika
suku bunga naik maka inflasi turun dan tabungan meningkat, turunya suku bunga
mendorong investasi, jika suku bunga turun mendorong terjadinya inflasi.
Dampak yang
harus diperhatikan dalam kebijakan naik turunnya suku bunga apakah semakin meningkatkan
peluang usaha dan peluang kerja atau malah justru meningkatkan pengangguran dan
PHK. Disamping itu, suku bunga secara parsial berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pengangguran di Indonesia artinya jika variabel suku bunga
ditingkatkan, maka pengangguran di Indonesia akan turun.
Jika diamati,
tersapat kesamaan dalam teori-teori diatas yang
mengatakan bahwa tingkat pengangguran dipengaruhi oleh inflasi,
kebijakan fiskal (pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan pajak) serta kebijakan
moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar) yang ditetapkan pemerintah
dalam mengatur laju pertumbuhan ekonomi.
BAB
IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan
makalah mengenai dampak kebjakan fiskal dan moneter, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kebijakan fiskal merupakan salah satu
kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi.
2. Keseimbangan
di pasar uang menunjukkan bahwa penawaran uang sama dengan permintaan uang.
3. Dalam keadaan apresiasi, kebijakan fiskal ekspansif
akan
efektif jika dilakukan secara
temporer, dan kurang efektif untuk meningkatkan pendapatan jika kebijakan dilakukan secara permanen.
4. Apabila
inflasi mengalami peningkatan maka tingkat pengangguran akan mengalami
penurunan dan sebaliknya penurunan inflasi akan meningkatkan tingkat
pengangguran.
5. Tingginya
jumlah uang beredar akan mempengaruhi tingkat inflasi, karena semakin banyak
uang yang dipegang masyarakat dapat mendorong terjadinya inflasi
6. Tingkat
suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga.
DAFTAR
PUSTAKA
Mankiw, N. Gregory.
2007. Makro Ekonomi. Edisi Keenam. Erlangga : Jakarta.
Salvatore, Dominic dan
Diuleo, E.A. 2013. Prinsip-prinsip
Ekonomi. Erlangga : Jakarta.
Santosa, Awan. 2013. Perekonomian Indonesia. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Sangtoso, Teguh dan
Basuki, M.U. Dampak Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia : Aplikasi Model Mundell-Fleming. 2009.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Organisasi dan Manajemen, Volume 5, Nomor 2, September 2009, 108-128.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi
Teori Pengantar. Edisi Ketiga.
Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Supriyanto. 2005. Analisis
tentang Persoalan Kebijakan Fiskal Indonesia di Era Reformasi. Malang : FE Universitas Negeri Malang. Aplikasi Manajemen, Volume 3, Nomor 3, Desember 2005
Yarbrough, M.R., &
Yarbrough, V.B. (2002). The World Economy Trade and Finance. Seventh editions. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.