Rabu, September 28, 2016

MAKALAH DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP EKONOMI INDONESIA



MAKALAH
DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
TERHADAP EKONOMI INDONESIA

OLEH

ROHIMATUS SALAMAH
1514051089


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR


Puji syukur ke hadirat  Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap ekonomi Indonesia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur 3 pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi semester genap.

Makalah ini merupakan hasil resume dari jurnal  mengenai analisis kebijakan fiskal dan dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap perekonomian. Makalah ini membahas tentang kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan dampak yang ditimbulkannhya berupa inflasi. Makalah ini juga membahas dampak yang ditimbulkan kebijakan tersebut, serta keterkaitan antara inflasi dengan pengangguran.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman sangat diharapkan agar kedepannya penyusun dapat memperbaiki kekurangan yang terjadi sebelumnya serta lebih baik lagi dalam menyusun makalah.


Bandar Lampung, 22 Mei 2016

penyusun
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................1
B.     Rumusan masalah.........................................................................................2
C.     Tujuan..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Inflasi......................6
B.     Keseimbangan Pasar barang, Pasar Uang dan
Neraca Pembayaran (IS-LM BOP)...............................................................7
C.     Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Perekonomian Indonesia...8
D.    Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran..................................................10

BAB IV KESIMPULAN........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13





BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Kebijakan fiskal dan moneter yang telah ditetapkan dalam suatu negara juga berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan perekonomian negara tersebut. Hal yang paling mendasar dalam permasalahan ekonomi makro yaitu inflasi dan pengangguran. Kedua masalah itu saling berkaitan satu sama lain, dimana apabila jumlah pengangguran meningkat, maka inflasi tidak dapat dihindarkan lagi.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan fiskal.
B.  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah ysng sksn dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.    Apa pengertian kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan inflasi?
2.    Bagaimana seharusnya keseimbangan pasar barang, pasar uang dan neraca pembayaran?
3.    Apa saja dampak kebijakan fiskal dan moneter dalam perekonomian indonesia?
4.    Mengapa inflasi berpengaruh terhadap pengangguran?


C.  Tujuan

Berdasarkan rumusan makalah diatas, makalah ini bertujuan :
1.         Mahasiswa dapat menmahami kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan inflasi.
2.         Mahasiswa dapat memahami keseimbangan pasar barang, pasar uang, dan neraca pembayaran.
3.         Mahasiswa dapat mebganalisis dampak yang ditimbulkan penerapan kebijakan fiskal dan  moneter.
4.         Mahasiswa dapat menjelaskan kaitan antara inflasi dan pengangguran.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi sisi permintaan agregat suatu perekonomian dalam jangka pendek. Selain itu, kebijakan ini dapat pula mempengaruhi sisi penawaran yang sifatnya lebih berjangka panjang, melalui peningkatan kapasitas perekonomian. Dalam pengelolaan stabilitas makroekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi dengan kebijakan moneter.

Menurut Kuncoro (1995), peranan kebijakan fiskal adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, pemerataan pendapatan, dan mengalokasikan sumber daya manusia khususnya untuk fungsi stabilitas dan pemerataan akan lebih efektif apabila dilakukan oleh pemerintah pusat. Fungsi alokasi akan lebih efektif jika dilakukan oleh pemerintah daerah.

Sedangkan kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan ini ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran ekonomi makro yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan dan keseimbangan neraca pembayaran. Dengan kata lain, melalui kebijakan moneter diharapkan dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah serta perkembangan keseimbangan neraca pembayaran yang mantap.

Pengaruh kebijakan fiskal yang signifikan terhadap perekonomian dikemukakan  oleh Keynes. Sebelum Keynes, operasi keuangan pemerintah dipandang tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja dan permintaan agregat. Peran pemerintah pada saat itu hanya sebatas merelokasi sumber daya finansial dari sektor swasta ke pemerintah. Pandangan ini diantaranya dikemukakan oleh Say Law bahwa dalam kondisi full employment, setiap tambahan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan penurunan  pengeluaran swasta (crowd out) dalam jumlah yang sama dan pengeluaran tersebut tidak akan mengubah pendapatan agregat. Pandangan tersebut kemudian diubah oleh Keynes dan sejak saat itu ekonom mulai menekankan dampak makro atas pengeluaran dan pajak pemerintah.Keynes menekankan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah tidak hanya memindahkan sumber daya dari sektor swasta ke pemerintah. Selain itu, Keynes juga mengemukakan adanya dampak berganda (multiplier effect) dari pengeluaran tersebut.

Dalam studi yang dilakukan oleh Priadi Asmanto dan Soebagyo (2007) mengenai analisis pengaruh kebijakan moneter dan kebijakan fiskal regional terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model regresi data panel. Dapat disimpulkan bahwa kondisi krisis ekonomi dan kebijakan baru (otonomi daerah) memiliki pengaruh yang berarti terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur. Kemudian selama periode penelitian juga menunjukkan bahwa keseluruhan variabel kebijakan moneter dan kebijakan fiskal secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur.

Seiring dengan teori dari kelompok Keynesian, pertumbuhan ekonomi atau perluasan kegiatan ekonomi lebih banyak ditentukan oleh permintaan efektif yang dibentuk oleh pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor 26 bersih. Khusus pengeluaran pemerintah, upaya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara operasional dilaksanakan melalui kebijakan fiskal di mana pengeluaran pemerintah ditentukan secara otonom (autonomous expenditure).

Secara umum, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebijakan fiskal dan kebijakan moneter memiliki pengaruh yang kuat dalam perekonomian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Albatel (2003) misalnya, penelitian ini mencoba mengkaji bagaimana hubungan antara kebijakan pemerintah (kebijakan moneter dan kebijakan fiskal) dan output di Arab Saudi kurun periode 1964-1998. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kointegrasi dan Error Correction Model. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat hubungan yang erat antara kebijakan pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter), liberalisasi perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan jangka pendek.





















BAB III
PEMBAHASAN



E.     Pengertian Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Inflasi

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal bukan sematamata kebijakan dibidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian. Jenis Kebijakan fiskal ada kebijakan fiskal deskresioner (menyangkut kebijakan anggaran belanja  surplus atau defisit) dan kebijakan fiskal Penstabil Otomatik berupa pajak, asuransi pengangguran dan kebijakan harga minimum).

Kebijakan fiskal dalam arti lain yaitu kebijakan memanipulasi pajak dan pengeluarannya dengan tujuan mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dalam upaya untuk mencapai tingkat pendapatan atau output kesempatan kerja penuh serta stabilitas harga (inflasi). Bisa juga disebut sebagai “kebijakan anggaran”.

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi sisi permintaan agregat suatu perekonomian dalam jangka pendek. Selain itu, kebijakan ini dapat pula mempengaruhi sisi penawaran yang sifatnya lebih berjangka panjang, melalui peningkatan kapasitas perekonomian. Dalam pengelolaan stabilitas makroekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi dengan kebijakan moneter.

Sedangkan kebijakan moneter (Monetary Policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat bunga (interest rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate demand) dan mengurangi ketidakstabilan di dalam perekonomian. Dalam kebijakan moneter, pemerintah juga dapat melakukan pengendalian terhadap jumlah uang beredar, kredit dan sistem perbankan.

Kebijakan fiskal dan moneter yang diterapkan suatu negara dapat berdampak pada kondisi ekonominegara tersebut, seperti inflasi yang akan dibahas dalam makalah ini. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam perekonomian. Tingkat inflasi adalah persentase pertambahan kenaikan harga yang berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari suatu negara dengan negara lainnya. Sedangkan inflasi dapat terjadi karena adanya tingkat pengeluaran agregat yg melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa, pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah, kenaikan harga barang impor, penambahan penawaran uang yg berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, serta kekacauan politik dan ekonomi.


F.   Keseimbangan Pasar barang, Pasar Uang dan Neraca Pembayaran (IS-LM-BOP)

Keseimbangan di pasar barang menunjukkan bahwa output sama dengan permintaan terhadap barang dan jasa, yaitu jumlah dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor netto. Ekpansi fiskal, misalnya dengan menaikkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak akan menggeser kurva IS ke kanan dan kenaikan tersebut mengakibatkan tingkat bunga akan naik. Ketika tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga internasional, maka akan terjadi aliran dana masuk (capital inflow).

Aliran dana ini akan meningkatkan permintaaan domestik terhadap mata uang dalam negeri di pasar valuta asing, sehingga meningkatkan nilai tukar mata uang domestik. Apresiasi kurs ini membuat mata uang domestik relatif lebih mahal terhadap produk asing, hal ini mengurangi eksport netto. Keseimbangan di pasar uang menunjukkan bahwa penawaran uang sama dengan permintaan uang. Syarat ekuilibriumnya pasar uang adalah jumlah permintaan uang sama dengan jumlah penawaran uang.


G.    Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Perekonomian Indonesia

Neraca modal bergantung pada perbedaan relatif tingkat bunga atas aset domestik dan luar negeri (i*) dan kurs spot (nilai tukar saat ini atau e), kurs forward (kurs periode berikutnya atau ef) serta perkiraan kurs diwaktu yang akan datang (expected spot rate atau ee) . Peningkatan tingkat bunga atas aset luar negeri (i*), membuat aset luar negeri menjadi lebih menarik, sehingga terjadi capital outflow dan membawa neraca modal kearah defisit. Peningkatan dalam tingkat bunga domestik (i), mempunyi dampak sebaliknya, menyebabkan terjadinya capital inflow sehingga akan membawa neraca modal kearah surplus. Peningkatan dalam kurs spot yang lebih rendah atas expected return aset luar negeri akan menyebabkan capital inflow, sedangkan kenaikan dalam kurs forward menaikkan expected return atas aset luar negeri dan menyebabkan capital outflow.

Dampak kebijakan fiskal ekspansif terhadap pendapatan, tingkat bunga dan nilai tukar bergantung pada apakah kebijakan dilakukan secara permanen atau temporer. Kebijakan fiskal ekspansif kemudian secara substantial dapat meningkatkan pendapatan. Kondisi tersebut akibat apresasi yang terjadi karena adanya efek Crowding Out dari kebijakan fiskal ekspansif yang menyebabkan naiknya tingkat bunga. Dengan kondisi aliran modal tidak sempurna, naiknya tingkat bunga akan mendorong aliran masuk sehingga mata uang domestik mengalami apresiasi (kurs turun).

Apresiasi membuat harga barang dan jasa domestik relatif lebih mahal dari pada harga barang dan jasa luar negeri, menghasilkan pergeseran pengeluaran dari produk domestik ke produk luar negeri, impor naik sehingga kurva IS kembali bergeser ke kiri, sehingga pendapatan nasional turun. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal ekspansif akan efektif jika dilakukan secara temporer, dan kurang efektif untuk meningkatkan pendapatan jika kebijakan dilakukan secara permanen (Yarbrough & Yarbrough, 2002).

Mobilitas modal berkontribusi pada efektifitas kebijakan moneter dalam meningkatkan pendapatan nasional dalam sistem nilai tukar fleksibel. Hal tersebut dikarenakan efek depresiasi yang dihasilkan dari kebijakan moneter ekspansif yang berdampak pada harga relatif barang dan jasa domestik dan luar negeri. Lebih luasnya mobilitas modal, depresiasi lebih besar dari hasil kebijakan moneter dan menurunkan harga barang domestik secara relatif terhadap harga barang luar negeri. Hal tersebut dapat diartikan, jika kebijakan moneter dilakukan lebih permanen, depresiasi semakin lebar dan harga barang dan jasa secara relatif menjadi semakin murah.

Depresiasi nilai tukar domestik membuat kebijakan moneter sebagai instrument yang efektif untuk mencapai kesimbangan internal. Kebijakan moneter dalam sistem nilai tukar fleksibel dan dengan aliran modal sempurna merupakan kebijakan yang efektif untuk meningkatkan pendapatan nasional, baik dilakukan secara temporer maupun permanen. Namun kebijakan yang dilakukan secara permanen lebih efektif dari pada kebijakan yang dilakukan secara temporer (Yarbrough dan Yarbrough, 2002).






H.    Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran

Berdasarkan hasil penelitian inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia, artinya jika variabel inflasi meningkat akan berdampak terhadap pengangguran di Indonesia. Apabila inflasi mengalami peningkatan maka tingkat pengangguran akan mengalami penurunan dan sebaliknya penurunan inflasi akan meningkatkan tingkat pengangguran. Tinggi rendahnya tingkat pengangguran menentukan besar kecilnya jumlah uang beredar di Indonesia. Disamping itu, jumlah uang beredar secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia artinya jika variabel jumlah uang beredar ditingkatkan, maka pengangguran di Indonesia akan turun.

Tingginya jumlah uang beredar akan mempengaruhi tingkat inflasi, karena semakin banyak uang yang dipegang masyarakat dapat mendorong terjadinya inflasi. Permintaan uang akan memiliki hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan berdampak pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat penurunan output dan berpengaruh pad permintaan terhadap tenaga kerja yang mendorong bertambahnya pengangguran.

Tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi (inflasi) akan diantisipasi pemerintah dengan menetapkan suku bunga yang tinggi. Suku bunga berhubungan negatif dengan inflasi dimana jika suku bunga naik maka inflasi turun dan tabungan meningkat, turunya suku bunga mendorong investasi, jika suku bunga turun mendorong terjadinya inflasi.

Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan naik turunnya suku bunga apakah semakin meningkatkan peluang usaha dan peluang kerja atau malah justru meningkatkan pengangguran dan PHK. Disamping itu, suku bunga secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia artinya jika variabel suku bunga ditingkatkan, maka pengangguran di Indonesia akan turun.

Jika diamati, tersapat kesamaan dalam teori-teori diatas yang  mengatakan bahwa tingkat pengangguran dipengaruhi oleh inflasi, kebijakan fiskal (pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan pajak) serta kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar) yang ditetapkan pemerintah dalam mengatur laju pertumbuhan ekonomi.























BAB IV
KESIMPULAN


Dari pembahasan makalah mengenai dampak kebjakan fiskal dan moneter, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi.
2.      Keseimbangan di pasar uang menunjukkan bahwa penawaran uang sama dengan permintaan uang.
3.      Dalam keadaan apresiasi, kebijakan fiskal ekspansif akan efektif jika dilakukan secara temporer, dan kurang efektif untuk meningkatkan pendapatan jika kebijakan dilakukan secara permanen.
4.      Apabila inflasi mengalami peningkatan maka tingkat pengangguran akan mengalami penurunan dan sebaliknya penurunan inflasi akan meningkatkan tingkat pengangguran.
5.      Tingginya jumlah uang beredar akan mempengaruhi tingkat inflasi, karena semakin banyak uang yang dipegang masyarakat dapat mendorong terjadinya inflasi
6.      Tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga.









DAFTAR PUSTAKA



Mankiw, N. Gregory. 2007. Makro Ekonomi. Edisi Keenam. Erlangga : Jakarta.
Salvatore, Dominic dan Diuleo, E.A. 2013. Prinsip-prinsip Ekonomi. Erlangga : Jakarta.
Santosa, Awan. 2013. Perekonomian Indonesia. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Sangtoso, Teguh dan Basuki, M.U. Dampak Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia : Aplikasi Model Mundell-Fleming. 2009. Semarang : Universitas Diponegoro. Organisasi dan Manajemen, Volume 5, Nomor 2, September 2009, 108-128.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Supriyanto. 2005. Analisis tentang Persoalan Kebijakan Fiskal Indonesia di Era Reformasi. Malang : FE Universitas Negeri Malang. Aplikasi Manajemen, Volume 3, Nomor 3, Desember 2005
Yarbrough, M.R., & Yarbrough, V.B. (2002). The World Economy Trade and Finance. Seventh editions. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.